Aku terus merenung dan berhasil sampai pada kesimpulan:
banyak orang seperti tidak ada walau
sebenarnya mereka ada. Mereka tidak mau meneliti dalil-dalil keesaan Allah dan
tidak memedulikan perintah Allah dan larangan-Nya. Mereka justru menjalani
kehidupan sehari-hari laksana kawanan
binatang.
Jika syariat sesuai
dengan keinginan nafsu, mereka mengikutinya; tapi bila syariat tidak sesuai
dengannya patokan mereka adalah hawa nafsunya.
Mereka tak peduli apakah uang yang mereka peroleh berasal
dari jalan halal atau haram. Kalau merasa ringan mengerjakan shalat, mereka
mengerjakannya; tapi jika merasa keberatan melakukannya, mereka
meninggalkannya. Sebagian mereka bahkan berani mengerjakan dosa-dosa besar
walau sejatinya mereka mengetahui bahwa itu semua adalah dosa.
Kadang ilmu mereka bahkan sangat mendalam, namun dosa mereka
justru menumpuk. Maka, akupun tahu bahwa hukuman-hukuman yang telah ditimpakan
kepada mereka –sehebat apapun ilmu dia—masih lebih ringan dari dosa-dosa yang
telah mereka kerjakan.
Apabila sebuah hukuman diberikan untuk menghapuskan sebuah
kesalahan, seseorang dari mereka pun bertanya-tanya, “Oh, apa salah dan dosaku
hingga ini ditimpakan padaku?” Orang ini lupa dosa yang pernah dikerjakannya,
padahal separuhnya saja sudah bisa mengguncangkan dunia!
Seringkali kita menyaksikan orang tua dihina pada usia
senjanya, hingga banyak hati berbelas kasih padanya. Ia tidak tahu bahwa
penyebabnya adalah pengabaian hak Allah Ta’ala yang pernah dilakukannya di usia
mudanya.
Kesimpulannya, kapan dan dimana saja Anda menyaksikan
seseorang yang disiksa, maka yakinlah bahwa itu disebabkan perbuatan dosa yang
pernah dikerjakannya. (Shaid al-Khatir - Ibnu al-Jauzi)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar